Irma Sasirangan Bertekad Jadikan Kain Sasirangan Mendunia
Irma Sasirangan Bertekad Jadikan Kain Sasirangan Mendunia

Irma Sasirangan Bertekad Jadikan Kain Sasirangan Mendunia

Mengelola bisnis sekaligus berwisata kini menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari Lailani Latifah, 54 tahun, pemilik Irma Sasirangan saat di temui di ruang konvensi Parahiangan, Hotel Horison Bandung di Jl.Pelajar Pejuang, di kawasan Buah Batu.

Sibuk menata kain sasirangan di meja kecil depan ruang pertemuan, Lailani sesekali dengan senang hati melayani tamu-tamu yang datang menghadiri Travel Dialog yang diselenggarakan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kalsel di hotel itu hari ini (2/1).

Salah satu kekayaan masyarakat Banjar adalah kain sasirangan. Motifnya seperti batik hanya saja warnanya lebih mencolok dan banyak masyarakat di dalam dan luar negri yang menyukainya. Oleh karena itulah saat memulai obrolan Lailani menyatakan tekadnya agar sasirangan juga seperti batik yang mendunia dan mendapat pengakuan sebagai warisan budaya dunia dari Unesco.

Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat Jurusan Studi Pembangunan Tahun 1986 ini sejak masih kuliah sudah tertarik untuk menekuni Sasirangan. Cucu seorang Veteran RI sudah sering mengajarkan ibu-ibu anggota Perwari untuk membuat kain sasirangan.

Maklum, Lailani lahir dari keluarga perajin Sasirangan yang mengamalkan ilmunya secara turun temurun bagi kekuarga dan masyarakat luas. Dia masih ingat tahun 1980 almarhum Ibu Hajjah Antung Noor Johansyah, Ketua Perwari pada masa itu yang mendorongnya mengajar.

"Kebetulan beliau memang punya program bagi anak-anak anggota Perwari dari setiap kabupaten di Kalsel sebanyak dua orang diundang ke ibukota Banjarmasin untuk mendapatkan pelatihan membuat tepung pisang untuk kue-kue khas Banjar, membuat sasirangan serta membuat arguci ( payet) untuk pakaian adat Kalimantan Selatan maupun hiasan kaligrafi," ujar Lailani.

Sejak di bangku kuliah kemahiran Lailani membuat kain sasirangan dan mengajarkannya pada masyarakat luas terus terasah sehingga akhirnya membuat toko sasirangan sendiri.

Ibu tiga anak, kelahiran 25 juni 1961 ini memang fokus pada bisnis yang digelutinya. Tak heran jika sejak 1995 berbagai prestasipun sudah diraihnya seperti UMKM binaan PT Pos Terbaik secara nasional.

Dia juga mendapatkan penghargaan Produk Unggulan Kalsel dari Menkop Surya Dharma ALi pada 2013. Terakhir Hermawan Kartajaya melalui institusi Marketer memberikan penghargaan manajemen usaha terbaik Juni 2015.

Lailani memang patut berbahagia karena usaha yang ditekuninya ini sudah di dukung 20 pegawai tetap dan 300 perajin sasirangan. Suaminya DR H. Maskur MM yang sehari-hari menjadi dosen di Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al- Banjari (Uniska) mendukung penuh aktivitasnya sebagai pengusaha sasirangan.

Dua putrinya yang tengah sekolah mode dan desain di Jakarta dan London juga mendukung usahanya sehingga estafet kepemimpinan dari bisnis yang digelutinya bisa dilanjutkan pada putra maupun putrinya karena si bungsu juga mau membantu di toko.

Menurut Lailani, kain sasirangan juga memiliki khasiat penyembuhan. Pada masa lalu, kain ini bukan dipakai kaum perempuan untuk mempercantik diri saja, tapi jugs diyakini dapat mengatasi anak yang rewel dan sakit.

Konon, si kecil yang terus menangis, akan tenang bila diayun dengan kain ini. Selain itu jika untuk proses penyembuhan penyakit, kain ini dijadikan pembungkus obat dari akar-akaran yang dibalutkan pada bagian tubuh yang sakit. Demikian kepercayaan masyarakat pada zaman dahulu.

“Kalau jaman kerajaan dulu kain dengan motif dan warna alam tertentu disesuaikan dengan jrnis penyakit dan dibeli oleh penderita penyakt untuk pembungkus akar-akaran itu,” jelasnya.

Lailani mengaku rajin mengikuti pendidikan dan pelatihan entrepreneurship dan mengikuti berbagai pameran di dalam dan luar negri sehingga sambil berbisnis hampir semua daerah di Indonesia juga sudah dikunjunginya.

“Saya selalu berusaha mencicipi kuliner dari berbagai daerah dan melihat penataan serta desain toko dan outlet factory seperti yang ada di Bandung sehingga yang baik dan cocok bisa diterapkan juga di usaha saya," kata pemilik Irma Sasirangan yang mengambil nama dari putri sulungnya, Irma.

Diktip dari: bisniswisata.co.id/irma-sasirangan-bertekad-jadikan-kain-khas-banjar-mendunia/

Irma Sasirangan Collections